KOTA SEMARANG - Pilkada Jawa Tengah 2024 mencatatkan sejarah baru dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Dalam forum refleksi bersama, Ketua KPU Jawa Tengah, yang diwakili Kadiv Perencanaan dan Logistik, Basmar Perianto Amron, menegaskan pentingnya kolaborasi antara KPU sebagai penyelenggara pemilu dan media sebagai pilar demokrasi keempat. Kamis 19 Desember 2024.
“Kami berharap KPU dan media dapat saling berbagi informasi, sehingga masyarakat menerima berita pemilu secara utuh, ” ujar Basmar. Ia mengutip pandangan Prof. Jimly Asshiddiqie yang menyebut media sebagai corong demokrasi, sejajar dengan eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Baca juga:
27 Tahun, Hari Guru Sedunia
|
Peningkatan Partisipasi dan Demokrasi Substantif
Peningkatan partisipasi pemilih di Jawa Tengah menjadi sorotan utama. Menurut Akmaliyah, salah satu komisioner, “Tahapan pilkada masih berlangsung, namun partisipasi masyarakat tertinggi di Jawa Tengah menjadi bukti meningkatnya kesadaran berdemokrasi.”
Hal ini juga didukung oleh Muslim Aisha, yang menyebut tagline “Luwih Becik, Luwih Nyenengke” sebagai cerminan penyelenggaraan yang lebih baik.
“Tidak ada berita yang mendelegitimasi tahapan pilkada, membuktikan bahwa kualitas penyelenggaraan semakin meningkat, ” tambahnya.
Peran Media Sebagai Penjaga Demokrasi
Erwin Ardian, redaktur Tribun Jateng, menyoroti peran penting media dalam mengawal proses demokrasi.
“Media adalah penjaga independensi dan transparansi, memastikan masyarakat mendapat informasi yang netral dan akurat, ” ujarnya.
Namun, tantangan tetap ada. Hoaks, tekanan independensi, dan rendahnya literasi media menjadi pekerjaan rumah bersama.
“Media mainstream tetap dipercaya karena berpegang pada prinsip verifikasi dan akurasi, ” tambah Erwin.
Refleksi dan Tantangan Demokrasi
Muh. Kholidul Adib, akademisi, mengingatkan bahwa demokrasi tidak hanya prosedural, tetapi juga substantif.
“Pemilu yang demokratis tidak hanya tentang angka partisipasi, tetapi juga output kepemimpinan yang berkualitas, ” ujarnya.
Adib juga menekankan pentingnya pemberitaan yang independen dan edukatif untuk melawan praktik seperti politik uang.
“Independensi adalah ruh media. Tanpa itu, kepercayaan publik akan memudar, ” tegasnya.
Evaluasi dan Harapan Kedepan
Di sisi lain, Arief Suja’i dari KPU Jawa Tengah menyampaikan pentingnya evaluasi untuk penyelenggaraan yang lebih baik.
“KPU Jawa Tengah telah membuktikan kinerjanya, tetapi evaluasi tetap diperlukan untuk memastikan keberlanjutan demokrasi berkualitas, ” ujarnya.
Forum ini menjadi bukti bahwa kolaborasi lintas sektor, mulai dari penyelenggara, media, hingga masyarakat, adalah kunci dalam mewujudkan pemilu yang bersih, transparan, dan berintegritas. Dengan sinergi yang kuat, demokrasi Indonesia akan terus melangkah maju. (JIS Agung)